Thursday, January 26, 2012

[novel perjalanan] masih bagian pengantar


BRUXELLES MIDI

“Selamat datang di Negeri Tintin!” seruku dalam hati ketika kereta ekspres Thalys yang kutumpangi berhenti di Bruxelles Midi, stasiun kereta tersibuk di kota Brussel, Belgia. 

Bergegas kugendong ransel lusuhku meninggalkan kenyamanan gerbong kelas satu yang sudah membuatku terkantuk-kantuk selama 80 menit perjalanan dari Paris. Belgia adalah negara keempat yang kusinggahi dalam perjalanan panjang solo backpacking selama sebulan menjelajah Eropa Barat. Di negeri kelahiran Tintin, tokoh komik berjambul yang kugilai sejak kanak-kanak itu, aku akan tinggal selama lima hari. 

“Lima hari kelamaan, Honey. Belgia kan negara kecil,” komentar Nezar, kekasihku, saat kami mendiskusikan itinerary beberapa hari sebelum aku meninggalkan Jakarta. “Sudah begitu, obyek wisata di Brussel lokasinya saling berdekatan. Jalan kaki sehari juga udah tuntas,” tambahnya. Nezar pernah mampir ke Belgia dua tahun lalu, saat ia mendapat fellowships dari Radio Netherlands untuk mengikuti Journalist Summer Course Program di Belanda. 

Tapi aku punya ide lain. Justru karena Belgia itu kecil dan berdempetan dengan negera Luxembourg, Jerman, dan Belanda, akan memudahkanku mengakses negara-negara itu dalam day trip. Setidaknya aku bisa ke Koln atau kota-kota lain di Jerman Barat yang hanya butuh sekitar satu setengah jam perjalanan kereta dari Brussel. Lalu kembali ke Brussel dengan kereta terakhir pukul 18.42. Bisa juga day trip ke Luxembourg. Kalau ke Belanda, aku sudah berencana memasuki Negeri Kincir Angin itu dari Antwerp Belgia, naik bus ke Rotterdam atau Den Haag.  Mungkin bermalam di sana, baru kemudian ke Amsterdam. 

“Jadi, stay for five days di Brussel itu bikin aku lebih fleksibel mengatur itinerary,” kilahku. “Hemat energi pula, karena nggak perlu gendong ransel gede kesana-kemari,” tambahku. Untuk perjalanan day trip aku cukup menggendong daypack alias ransel kecil 24 liter yang berisi Lonely Planet, jaket Gore-Trex yang waterproof, dan botol air mineral. Juga travel wallet yang berisi dokumen penting perjalananku seperti paspor, tiket, asuransi, dan lain sebagainya. 


***

Di lobby stasiun, Tintin menyambutku. 

Dinding-dinding dan pilar lobi stasiun Bruxelles Midi dipenuhi dengan komik strip “Tintin on the Locomotive” yang diambil dari seri petualangan Tintin di Amerika yang yang dibuat Herge pada tahun 1932. Terkesan sangat klasik. Komik strip itu direporduksi sesuai aslinya, hitam putih, karena pada masa itu Tintin belum dicetak berwarna. 

Segera kekeluarkan kamera pocket dari kantung tas pinggangku. Tak lupa, kugunakan kamera ponselku untuk memotret beberapa frame. Snap and Send, langsung kukirim hasilnbya ke blog dan facebook untuk memamerkan posisiku pada semua kontakku bahwa aku baru saja tiba di Brussel. “Tintin welcomes me!” demikian kutulis caption singkat padat makna itu. Gambar serupa tak lupa ku-forward pada Nezar lewat teknologi MMS. Dia membalasnya, “Salam buat Herge ya.” Aku nyengir membacanya. Herge adalah kartunis yang melahirkan tokoh legendaris Tintin. Di salah satu dinding di lobi ini juga terdapat goresan nama Herge dalam ukuran raksasa. Segera kufoto dinding ini, lalu ku-MMS gambar tersebut pada Nezar. “Salam kembali dari Herge” balasku. 

Dari lobi aku berjalan menuju stasiun metro. Kulirik jam di pergelangan tanganku. Hampir pukul satu siang. Pantas saja perutku Indonesiaku sudah merintih-rintih. Kubelokkan kaki menuju minimarket Carrefour yang terdapat di lobi stasiun untuk membeli sepotong baguette isi tuna seharga 3 Euro. Lalu kucari bangku kosong yang tersedia di area lobi yang dipadati toko-toko layaknya mall ini. Nikmat juga makan baguette isi tuna sambil mengamati orang lalu lalang atau melihat etalase toko. Ada toko kamera, toko jam Swatch, toko fashion Esprit, tak ketinggalan toko coklat yang bikin air liurku mengintip di sudut bibir.

Bruxelles Midi memang merupakan stasiun besar, ramai, dan keren di Brussel. Semua jenis kereta berhenti di sini, termasuk kereta ekspres antar negara seperti Eurostar, Thalys, dan TGV. Posisi Brussel yang terletak di tengah-tengah juga memungkinkan penumpang kereta dari negara Belanda, misalnya, berpindah kereta di Brussel untuk melanjutkan perjalanan ke Koln, Jerman. Di kompleks stasiun ini juga terdapat stasiun metro dan tram. Kebayang kan betapa sibuknya stasiun ini. Untung banyak toko-toko keren yang bisa buat windows shopping sambil menanti kereta selanjutnya. 

Ternyata, aku juga tergoda untuk windows shopping dulu. Sialan, kutukku dalam hati, ketika menyadari tiba-tiba aku sudah bangkit dari tempat duduk dan berjalan menuju ke toko jam Swatch. Oh, no! Aku keliling Eropa bukan untuk buying something, but to experience. Kucoba menahan hasrat itu sekuat tenaga sambil mencoba meyakinkan diri bahwa jam tanga Baby G yang ada di pergelangan tanganku ini masih cukup keren. 

Sebelum beranjak menuju stasiun metro, kukeluarkan print-out pemesanan kamar lewat internet di Hostel Grand Place untuk membaca direction yang tercetak di sana. Biar nggak salah arah.

From Brussels South train station (Midi):
Take the tram: go to the metrostation (don't take metro, but TRAM!), take any tram direction NORD (north), exit tram at stop 'Brouckère square' (place Brouckère), exit the metrostation at the sign 'Jacqmain avenue' - do not take the long horizontal automatic walker (= direction metro)-, walk into the Jacqmain avenue (the avenue on the left side of the big Coca Cola neon lights, and with white streetlights at night), walk along the right side, pass 2 traffic lights, until you arrive at the hostel, nr 99.

Don’t take metro, but TRAM! Kubaca ulang kalimat itu untuk mengingatnya sekali lagi. Lalu kulipat kertas putih itu dan kumasukkan ke dalam kantong tas pinggang supaya mudah diambilnya sewaktu-waktu lupa arah. 

Sebenarnya Hostel Grand Place terletak nggak jauh dari stasiun Bruxelles Nord, bisa ditempuh dengan jalan kaki. Namun karena kereta Thalys, juga kereta ekspres antar negara lainnya tidak berhenti di stasiun Bruxellez Nord, dan hanya berhenti di stasiun Bruxelles Midi yang berada di Brussel selatan, mau nggak mau harus disambung dengan moda transportasi lain untuk mencapai hostel. Selain naik trem bisa juga naik taksi. Tapi sudah pasti akan menguras kantongku. Ongkos taksi dari Bruxelles Midi ke hostel minimal 10 Euro atau bisa jadi lebih. Sementara jika naik trem, aku hanya perlu mengeluarkan duit 3 euro saja. 


---- 
mural komik strip di brussel klik link ini ya..

Tuesday, January 24, 2012

travel writing weekend - jalan2 - nulis - narsis


kompleks makam raja mataram - kotagede
 

menyusur benteng tembok sekeliling makam

salah satu sudut benteng tembok makam

muralnya unik ya


foto-foto ini merupakan oleh-oleh dari

Workshop Sehari Penulisan Perjalanan
Sabtu, 14 Januari 2011, mulai pkl 09.00 - 15.00
 
Bagi yang pengin ikutan, workshop & jelajah kota budaya dibuka lagi loh. 
Biaya @Rp 250.000, maks. 4 peserta, biaya sudah termasuk
makan siang dan short trip di kawasan heritage Kotagede - Yogyakarta
 
Pendaftaran:
Pendaftaran dibuka setiap saat dan kelas akan dimulai jika target minimal peserta sudah terpenuhi. Pendaftaran dapat melaluitelp/sms: 0818258438, e-mail: matatita.com@gmail.com(subject: creative writing) atau datang langsung ke kantor kami Jl. Langenarjan Kidul No. 13-A YOGYAKARTA c.p Matatita (jam kerja, senin - jumat 09.00 - 17.00)

Wednesday, January 4, 2012

Travel Writing Weekend - One Day Trip

Workshop Sehari Penulisan Perjalanan
Sabtu, 14 Januari 2011, mulai pkl 09.00 - 15.00
Biaya @Rp 250.000, maks. 4 peserta, biaya sudah termasuk
makan siang dan short trip di kawasan heritage Kotagede - Yogyakarta


Menyusur kota tua Kotagede akan mengajak kita menyaksikan kehidupan di balik dinding-dinding tinggi, lorong-lorong sempit, maupun hirukpikuk pasar tradisional.

Kota yang berusia hamper limaratus tahun ini dahulu merupakan ibukota Kerajaan Mataram Islam di bawah pimpinan Panembahan Senopati. Sisa-sisa arsitektur kota kerajaan Islam ini masih dapat kita rasakan dengan mengunjungi Kotagede, seperti  kompleks petilasan Kerajaan Mataram, makam panembahan Senopati, makam para kerabat Raja (Hastorenggo), Sendang Selirang, Watu Gilang (batu hitam bentuknya seperti tempat duduk yang konon diyakini sebagai tempat duduk Panembahan Senopati), dan Watu Gatheng (tiga batu berbentuk bola). Konon, menurut legenda batu ini merupakan alat permainan Raden Ronggo, putra Panembahan Senopati.

Menyusur kawasan heritage Kotagede tidak hanya mengajak kita mengagumi sejarah kerajaan Mataram Kuno, tetapi juga pada keindahan arsitektur. Bangunan-bangunan rumah tinggal berarsitektur khas Kotagede masih banyak dijumpai di kawasan ini. Meski sempat diluluhlantakkan gempa Mei 2006, namun sebagian warga Kotagede masih mempertahankan dan menjaga arsitektur asli seperti kediaman Rudi J. Persik, misalnya.

Pendaftaran:
Pendaftaran dibuka setiap saat dan kelas akan dimulai jika target minimal peserta sudah terpenuhi. Pendaftaran dapat melaluitelp/sms: 0818258438, e-mail: matatita.com@gmail.com(subject: creative writing) atau datang langsung ke kantor kami Jl. Langenarjan Kidul No. 13-A YOGYAKARTA c.p Matatita (jam kerja, senin - jumat 09.00 - 17.00)

Monday, January 2, 2012

Travel Writing Course


[image: internationalliving.com]

Eat, Pray, Love - just go, write, and publish 
your best selling travel book


Apakah Anda tengah merencanakan liburan panjang ke luar negeri atau keliling Nusantara dan ingin menuliskan kisah perjalanan tersebut menjadi sebuah buku? Atau barangkali Anda tengah memimpikan akan tinggal untuk studi atau bekerja di kota yang indah dan rasanya sayang jika tidak menuliskan pengalaman yang berharga itu?

Pembaca dan penerbit di Indonesia saat ini tengah menyukai tulisan tentang kisah perjalanan. Kisah petualangan selalu menarik untuk dituliskan sebab akan mengajak pembaca keluar sesaat dari kenyamanan sofa empuk untuk terhanyut dalam penjelajahan ke dunia lain.

Kursus ini akan melatih Anda:
  • menstrukturkan memoar perjalanan Anda dan membuat kisah perjalanan Anda menarik dibaca sejak halaman pertama
  • mendeskripisikan tempat dengan sudut pandang baru yang tidak klise
  • menyiapkan beberapa hal penting sebelum Anda berangkat bagaimana menulis saat dalam perjalanan

Biaya kursus:
  •  Kelas pengenalan Travel Writing (kursus sehari: 09.00 - 15.00; biaya Rp 250.000,- sudah termasuk short trip dan lunch, maks 4 peserta)
  • Kelas Travel Writing lanjutan (4 kali pertemuan @ 2 jam; biaya Rp 750.000,- maks 4 peserta)
Waktu kursus fleksibel, menyesuaikan jadwal peserta.

Pendaftaran:
Pendaftaran dibuka setiap saat dan kelas akan dimulai jika target minimal peserta sudah terpenuhi. Pendaftaran dapat melalui telp/sms: 0818258438, e-mail: matatita.com@gmail.com (subject: creative writing) atau datang langsung ke kantor kami Jl. Langenarjan Kidul No. 13-A YOGYAKARTA c.p Matatita (jam kerja, senin - jumat 09.00 - 17.00)