Tuesday, June 24, 2008

keyboard addict

Suatu kali, saat tugas ke Bau Bau dan Kendari, saya tidak membawa laptop. Sengaja, karena rencana semula saya akan pergi barengan relasi dari Makassar. Nggak serulah kalau saya nanti asyik berlaptop ria sendiri.

Eh, ternyata relasi saya malah ketinggalan pesawat. (Baru kali ini ada pesawat yang terbang lebih awal, 15 menit sebelum jadwal take off yang tertera di tiket). Dia baru menyusul esok harinya. Ternyata pula, ia cuma semalam di Bau Bau, padahal semula kami berencana 4 hari di Pulau Buton itu. Saya sendiri juga sudah mengubah jadwal demi mengejar narasumber lain. Ya maklum lah, saya kan perginya dalam rangka kerja jadi begitu pulang tetep harus menghasilkan sesuatu. Nggak boleh rugi dong, namanya juga perusahaan sendiri.

Jadilah saya hanya 3 hari di Bau Bau, kemudian lanjut dengan boat ke Kendari selama 2 hari. Karena Kendari pernah saya kunjungi dan sempet mengesplornya, sementara pekerjaan saya di Kendari hanya untuk mewawancarai satu profil, saya pun jadi kesepian tanpa laptop. Padahal, sejak beberapa hari ini kepala saya sedang dipenuhi banyak ide yang menuntut segera disalurkan dalam bentuk tulisan. Sempat pula berusaha mencari warnet supaya idenya nggak amblas karena didera penyakit lupa. Tapi, warnet ternyata juga bukan solusi. Tempat duduknya kurang nyaman dan ruangnya pun terlalu sempit. Sudah tiga warnet yang saya singgahi, tapi tak ada yang membuat saya bisa mengetik dengan posisi tanpa gelisah.

"Ya wis, ditulis tangan wae," komentar Bojo ketika saya curhat lewat ponsel. Sudah sih, saya sudah menuliskannya di agenda kecil yang saya bawa. Tapi ternyata, tangan saya sudah kehilangan stamina sejak mengenal komputer sedari kuliah dulu. Tangan ini tak hanya mudah pegel jika diajak menulis banyak, tetapi juga manja karena penginnya menulis pakai pulpen yang tintanya lancar. Kalau pulpennya nggak enak, rasanya makin cepet pegel dan tulisannya pun nggak karuan.

Barangkali inilah yang disebut keyboard addict. Keyboard komputer secara perlahan bisa melumpuhkan daya tahan tangan. Apalagi sudah beberapa tahun ini saya lebih sering pakai laptop dengan keyboard yang lebih empuk, hanya butuh sentuhan lembut untuk memunculkan huruf-huruf di layar monitor. Mengetik tak lagi perlu tenaga. Sampai akhirnya saya juga mengganti keyboard PC di kantor dengan model keyboard baru yang sudah didesain seperti keyboard laptop.

Tangan saya pun makin manja karenanya.

2 comments:

  1. sudah saatnya pake macbook air nih hehehe...

    ReplyDelete
  2. pengiiinnn..tapi kok larang ya..:p

    ReplyDelete