Showing posts with label travel baby. Show all posts
Showing posts with label travel baby. Show all posts

Saturday, September 4, 2010

passport photo session


Setelah Baby bindi dinyatakan lulus ujian bisa terbang dengan tenang dan menyenangkan saat berlibur ke Bali beberapa waktu lalu, saya lantas semangat untuk bikinin Bindi passport. Emang mau ke mana lagi? Enggak tahu lah, sekedar persiapan, kali-kali ada promo AA biar bisa sigap untuk mendapatkan tiket promonya. Seperti kata pepatah, sedia payung sebelum hujan. Maka, Baby Bindi pun musti sedia passport sebelum ada tiket promo AA. Hehe...!

Maka, berangkatlah saya ke kantor imigrasi untuk menyerahkan berkas pada hari Kamis siang, 26 Agustus 2010 lalu. Kebetulan antrean penyerahan berkas saat itu nggak rame. Hanya menunggu sekitar 5 menit, nomor saya sudah dipanggil. Dan sekitar 5 menit kemudian berkas saya sudah beres diteliti. "Sertakan surat keterangan domisili saat pemotretan nanti ya," kata petugas sambil memberikan girik untuk pemotretan hari Senin (30/8/2010). Karena Baby Bindi belum punya KTP, maka harus disertakan surat keterangan dari RT/RW hinggal Kelurahan dan Kecamatan.

Urusan RT/RW ini bikin saya rada-rada males sebenarnya. Tapi ya apaboleh buat. Untungnya, kok ya semua berjalan lancar. Malam itu juga saya sudah mendapt surat keterangan yang dicap pak RT dan RW. Besoknya Edo mruput ke kantor kelurahan dan surat itu langsung dicap petugas kelurahan. Habis itu lanjut ke kecamatan minta cap lagi. Dalam sehari urusan beres.

Hari Senin, saatnya pengambilan gambar pun tiba. Penginnya kami bisa mruput, pagi-pagi ke Imigrasi supaya antrean tidak terlalu banyak. Berdasar pengalaman, antrean foto memang agak lama dibanding antrean masukin formulir. Tapi, seperti biasa, pergi sama baby nggak semudah kalau mau pergi sendiri. Segala tetek bengek bekalnya musti disiapin dan dibawa.

Setelah menunggu sekitar 20 menit, nomor antrian Bindi ke loket 1 untuk menyerahkan girik pemotretan dipanggil. Saya menyerahkan berkas pada petugas berikut kekurangan surat keterangan domisili. Lalu disuruh nunggu lagi untuk dipanggil ke loket pembayaran sekitar 10 menit kemudian. Setelah membayar passport 48 halaman sebesar Rp 275.000,- masih menunggu lagi untuk dipanggil ke ruang foto.

Sambil menunggu, saya dan Edo ngajak main-main Baby Bindi yang pagi itu tampak ceria. Heran, dia selalu ceria kalu melihat hal-hal baru. Apalagi kalau ngeliat banyak orang, ngeliat wajah-wajah baru berseliweran. Bindi langsung lunjak-lunjak sambil teriak-teriak kegirangan. Meski begitu, sa
ya agak deg-degan. Pasalnya, pagi tadi Bindi belum pup. Kalo pup di kantor imigrasi kan bikin saya jadi makin ribet. Untung Bindi kompakan, dia baru pup dalam perjalanan pulang dan udah mendekati rumah.

Sekitar 30 menit menunggu, Bindi mendapat panggilan pemotretan. Inilah sesi yang kami nanti-nanti. Saya udah ngebayangin betapa petugas imigrasi nanti bakal dibikin repot mengambil gambarnya. Beneran, saat diberdiriin di kursi untuk pengambilan gambar, Bindi lunjak-lunjak kegirangan. Mungkin dia juga seneng liat mas-mas petugas imigrasi yang friendly dan sangat helpful itu. Saya yang megangi badannya sampe keringatan nahan gerakannya. Setelah beberapa kali pemotretan dan hasilnya nggak pernah pas, akhirnya saya nyerah. Gantian Edo yang megang ajah. Baru deh, setelah dipangku bapaknya, mungkin karena lebih kuat, Bindi jadi nggak heboh polahnya.


Saturday, March 20, 2010

traveling with baby bindi


Untuk pertama kalinya saya mengajak Bindi ke luar kota (baca: desa) dan menginap. Desa yang kami tuju adalah desa kelahiran ayah saya, sebuah desa kecil yang berjarak sekitar 6 km dari kota kabupaten Purwodadi Grobogan, Jawa Tengah. Dari Jogja, jaraknya kurang lebih 130 km atau sekitar 4 jam perjalanan (sudah termasuk mengaso sejam di Solo) dengan mobil pribadi.

Sehari sebelum kami melakukan perjalanan, saya sudah dibuat cukup repot dengan berbagai bekal yang harus dibawa Bindi. Sebagai orang yang terbiasa ringkas selagi bepergian (apalagi cuma semalem), pekerjaan packing-mempacking barang-barang Bindi ini membuat saya terpana sendiri.

Inilah daftar bawaan yang saya bawa ketika ngajak Bindi menginap di rumah keluarga Eyang Kakungnya:

  • Pakaian : 2 set baju ganti di perjalanan (tidak termasuk baju yang dikenakan saat berangkat dan pulang), 2 set baju ganti sehabis mandi sore (kami hanya menginap semalam), dan 2 set baju tidur, topi, celemek makan, selimut, handuk
  • Alat Centil : botol-botol cairan buat mandi, minyak rambut, baby cologne, minyak telon, minyak anti nyamuk, 1 pak pampers isi 12, 1 pak tissue basah, 1 travel pack tissue wajah, 1 pak kapas gulung buat cebok
  • Mainan: beruang teddy dan beberapa mainan yang colorfull dan bisa digigit-gigit, dan buku bacaannya (hihii..buku bayi yg terbuat dari kain itu loh)
  • Feeding set: susu formula, bubur cerelac, piranti makan, 5 botol susu kecil (50 ml), alat sterisasi, termos kecil, botol air putih
  • Perlengkapan tidur: 2 bantal dewasa, 2 guling dewasa, (buat magerin Bindi, soalnya kalo bobok suka muter2) 1 guling baby, 1 bantal baby, 1 bed cover ukuran single (buat alas, takutnya nanti Bindi ngotorin sprei sodara kan gak enak)
Amppuunnn..saya sudah langsung geleng-geleng melihat tumpukan barang bawaan Bindi sebelum dimasukkan ke mobil. Bahkan, bagasi mobil Blazer saya yang maha luas itupun terasa sesak deh.

Moga-moga ini hanya karena 'pengalaman pertama'. Next trip will be lighter..hehehe...