Tuesday, August 14, 2012
Pramuka, petualangan masa kanak-kanakku
Jika disuruh mengembalikan ingatan, mencari korelasi masa kanak-kanak dan remaja yang erat kaitannya dengan kegemaran saya menjelajah negeri dan benua lain, barangkali salah satu diantaranya adalah Pramuka. Semasa SD hingga SMP, Pramuka merupakan kegiatan yang selalu saya tunggu-tunggu datangnya. Senang rasanya bisa meninggalkan ruang kelas untuk bermain di alam terbuka. Belajar menyeberang sungai dengan meniti sebatang bambu, memanjat dan menyusur tebing dengan seutas tali, mencari jejak dalam kegelapan malam, dan seabrek kegiatan adventurous lain yang mengasyikkan.
Friday, July 13, 2012
ada yang minat kerjabareng
Selang beberapa hari saya membuat website MATATOURS yang menggunakan hosting gratisan dari blogpsot, saya mendapat message dari seorang kawan yang tertarik untuk berkongsi mengembangkan bisnis travel. Saya terkejut. Sungguh-sungguh nggak nyangka bakal ada yang berminat investasi di bisnis yang baru beberapa hari saya lahirkan. Nggak salah nih?
Katanya, ia tertarik dengan konsep traveling yang saya kembangkan lewat bendera Matatours. Untuk alasan ini, saya nggak terlalu terkejut mengingat kami sama-sama belajar ilmu Antropologi sehingga kami sudah terbiasa jalan-jalan menjelajah ke tempat-tempat yang non-touristy. Antropolog mengajari kami untuk jalan-jalan bukan sekedar sebagai kegitan rekreatif, tetapi juga sebagai salah satu cara untuk mengalami kebudayaan lain. Jalan-jalan ala antropolog ini membuat perjalanan menjadi lebih bermakna, karena selalu ada upaya belajar dan mikir yang terselip di dalamnya. Bukan sekedar jalan-jalan yang narsis dan hip-hip hura.
"Tapi, jualan paket perjalanan seperti ini susah. Bahkan mungkin nggak laku jika dibisniskan," kata saya saat kami akhirnya janjian ngopi bareng. Soal urusan laku dan nggak laku, saya sudah merasakan sendiri lewat hasil penjualan buku-buku traveling yang saya tulis. Buku TALES from the ROAD yang dipuji banyak orang, yang pernah dinominasikan dalam Festival Pembaca Indonesia (2009), yang isinya dinilai sangat inspiratif karena membuat pembaca jadi mengenal kebudayaan lain di pelosok Tanah Air dan di belahan dunia lain, tapi penjualannya nggak laku. Secara bisnis dianggap tidak menguntungkan. Sementara itu, buku EUROTRIP yang saya tulis karena rasa penasaran mengapa pembaca Indonesia kurang menyukai travelogue ala TALES from the ROAD dan lebih suka buku panduan perjalanan, di luar dugaan laku keras. Tiga bulan pertama setelah edar, langsung cetak ulang dan cetak ulang lagi pada bulan kedelapan.
Meskipun kami cukup sadar diri bahwa menjual paket jalan-jalan ala antropolog nggak bakalan laku -setidaknya untuk saat ini di Indoensia- tapi kami begitu antusias mendiskusikan paket-paket tour unik dan bergizi yang mungkin bisa dicoba. "Paket tour yang pake mikir," tambahnya.
Oh ya, sahabat saya itu sedang menyelesaikan studi doktoralnya di Belanda, di negeri yang museum seni-nya selalu diantre pengunjung beratus-ratus meter. Katanya, di Eropa sudah cukup banyak wisata minat khusus yang unik dan bergizi. Misalnya tour napak tilas film-film box office seperti Da Vinci code dan Harry Potter. Bahkan juga ada paket tour yang dikhusukan untuk para pecinta buku dan sastra yaitu literary tour.
Tentu saja saya juga minat banget mengikuti paket tour seperti ini. Masalahnya, berapa gelintir orang sih yang mau jauh-jauh datang ke Eropa hanya untuk napak tilas jejak Da Vinci Code? Bisa jadi jumlahnya 1:1juta jika dibandingkan dengan orang Indonesia yang ke Eropa untuk melihat menara Eiffel. Dari 1 juta orang Indonesia, mungkin hanya ada 1 orang rela mengeluarkan uang untuk napak tilas Da vinci code. Satu orang itu pun sudah bisa ditebak, hidupnya mapan dan sudah beberapa kali mengunjungi Eropa dan benua lain. Atau minimal, dia sedang dapat beasiswa studi di Eropa. Hehe...!
Obrolan sembari minum kopi dan teh yang terkesan idealis itu, terus terang menghantui pikiran saya. Memang kecil kemungkinan bikin paket tour ke Eropa untuk napak tilas film atau buku-buku sastra terkenal. Tapi kalau untuk napak tilas buku saya, EUROTRIP Safe & Fun (2010) sepertinya kok masih optimis ya. Setidaknya sejak buku itu terbit saya sudah mendapat puluhan permintaan nge-trip bareng ke Eropa. Kenapa tidak dicoba? Dan kalau tidak mencoba sekarang, kapan lagi? Perjalanan ke Eropa harus berkompromi dengan musim. Musim semi adalah perjalanan tour yang cukup menyenangkan, tidak terlalu dingin, matahari baru tenggelam pada pukul 20an malam, dan bunga tulip tengah bermekaran. Timing yang pas buat wisatawan Indonesia nih.
Saya pun lantas disibukkan dengan proyek jalan-jalan pertama ke Eropa.
Katanya, ia tertarik dengan konsep traveling yang saya kembangkan lewat bendera Matatours. Untuk alasan ini, saya nggak terlalu terkejut mengingat kami sama-sama belajar ilmu Antropologi sehingga kami sudah terbiasa jalan-jalan menjelajah ke tempat-tempat yang non-touristy. Antropolog mengajari kami untuk jalan-jalan bukan sekedar sebagai kegitan rekreatif, tetapi juga sebagai salah satu cara untuk mengalami kebudayaan lain. Jalan-jalan ala antropolog ini membuat perjalanan menjadi lebih bermakna, karena selalu ada upaya belajar dan mikir yang terselip di dalamnya. Bukan sekedar jalan-jalan yang narsis dan hip-hip hura.
"Tapi, jualan paket perjalanan seperti ini susah. Bahkan mungkin nggak laku jika dibisniskan," kata saya saat kami akhirnya janjian ngopi bareng. Soal urusan laku dan nggak laku, saya sudah merasakan sendiri lewat hasil penjualan buku-buku traveling yang saya tulis. Buku TALES from the ROAD yang dipuji banyak orang, yang pernah dinominasikan dalam Festival Pembaca Indonesia (2009), yang isinya dinilai sangat inspiratif karena membuat pembaca jadi mengenal kebudayaan lain di pelosok Tanah Air dan di belahan dunia lain, tapi penjualannya nggak laku. Secara bisnis dianggap tidak menguntungkan. Sementara itu, buku EUROTRIP yang saya tulis karena rasa penasaran mengapa pembaca Indonesia kurang menyukai travelogue ala TALES from the ROAD dan lebih suka buku panduan perjalanan, di luar dugaan laku keras. Tiga bulan pertama setelah edar, langsung cetak ulang dan cetak ulang lagi pada bulan kedelapan.
Meskipun kami cukup sadar diri bahwa menjual paket jalan-jalan ala antropolog nggak bakalan laku -setidaknya untuk saat ini di Indoensia- tapi kami begitu antusias mendiskusikan paket-paket tour unik dan bergizi yang mungkin bisa dicoba. "Paket tour yang pake mikir," tambahnya.
Oh ya, sahabat saya itu sedang menyelesaikan studi doktoralnya di Belanda, di negeri yang museum seni-nya selalu diantre pengunjung beratus-ratus meter. Katanya, di Eropa sudah cukup banyak wisata minat khusus yang unik dan bergizi. Misalnya tour napak tilas film-film box office seperti Da Vinci code dan Harry Potter. Bahkan juga ada paket tour yang dikhusukan untuk para pecinta buku dan sastra yaitu literary tour.
Tentu saja saya juga minat banget mengikuti paket tour seperti ini. Masalahnya, berapa gelintir orang sih yang mau jauh-jauh datang ke Eropa hanya untuk napak tilas jejak Da Vinci Code? Bisa jadi jumlahnya 1:1juta jika dibandingkan dengan orang Indonesia yang ke Eropa untuk melihat menara Eiffel. Dari 1 juta orang Indonesia, mungkin hanya ada 1 orang rela mengeluarkan uang untuk napak tilas Da vinci code. Satu orang itu pun sudah bisa ditebak, hidupnya mapan dan sudah beberapa kali mengunjungi Eropa dan benua lain. Atau minimal, dia sedang dapat beasiswa studi di Eropa. Hehe...!
Obrolan sembari minum kopi dan teh yang terkesan idealis itu, terus terang menghantui pikiran saya. Memang kecil kemungkinan bikin paket tour ke Eropa untuk napak tilas film atau buku-buku sastra terkenal. Tapi kalau untuk napak tilas buku saya, EUROTRIP Safe & Fun (2010) sepertinya kok masih optimis ya. Setidaknya sejak buku itu terbit saya sudah mendapat puluhan permintaan nge-trip bareng ke Eropa. Kenapa tidak dicoba? Dan kalau tidak mencoba sekarang, kapan lagi? Perjalanan ke Eropa harus berkompromi dengan musim. Musim semi adalah perjalanan tour yang cukup menyenangkan, tidak terlalu dingin, matahari baru tenggelam pada pukul 20an malam, dan bunga tulip tengah bermekaran. Timing yang pas buat wisatawan Indonesia nih.
Saya pun lantas disibukkan dengan proyek jalan-jalan pertama ke Eropa.
berawal dari buku
jalan-jalan, nulis, narsis @ubud travel writing trip |
Sejak menerbitkan buku EUROTRIP: Safe & Fun (2010), saya mendapat puluhan email maupun message di inbox facebook yang nadanya sama, "kapan bikin acara jalan-jalan bareng ke Eropa, Mbak?" Biasanya saya akan menjawab dengan malas-malasan karena selama ini merasa lebih nyaman sebagai solo traveler. Bahkan isi buku EUROTRIP itu juga memberikan sejumlah tips bagi pejalan solo, terutama buat female solo traveler. Jadi, saya merasa aneh sendiri jika membuat trip jalan bareng rame-rame.
Maka, dengan tegas saya mengabaikan ajakan para pembaca buku saya.
Sampai suatu hari, seorang pembaca memberi komentar yang sangat menyentuh sisi keangkuhan saya. Katanya ia sudah membaca beberapa buku traveling tentang Eropa yang ditulis para backpacker Indonesia. Katanya lagi, buku Eurotrip yang saya tulis menurutnya punya kelebihan. "Matatita tidak hanya menunjukkan bahwa pergi ke Eropa sekarang lebih terjangkau, tapi juga mengajak saya menyususri tempat-tempat yang tidak diceritakan penulis lain. Misalnya saat ke Paris, Matatita menggambarkan kawasan Latin Quarter tempat para seniman dan filsuf besar seperti Jean-Paul Sartre, Ernest Hemingway, dan Pablo Picasso dengan sangat indah. Bahkan dia membayangkan para filsuf Perancis tengah berdiskusi di kafe-kafe....".
Saya tertawa saat mendengar pujiannya. Ya iyalah, secara saya memang suka seni dan sastra, jadi wajar kan jika saya menjelajah tempat itu. Tapi, pembaca itu berkata-kata lagi, "Justru itu, berarti Anda memiliki selera jalan-jalan yang nggak sekedar I've been there, pernah ke Paris dan berfoto dengan latar Eiffel....". Meski saya masih tertawa, tapi sejujurnya saya terpana oleh kata-katanya.
Kemudian saya menjadi bertanya-tanya pada diri sendiri. Kok dia begitu jeli mengamati buku dan gaya jalan-jalan saya ya. Apakah memang ada orang lain yang seide dengannya. Jangan-jangan cuma dia saja yang barangkali punya ketertarikan di bidang yang sama. Berarti cuma kebetulan saja.
Lama saya tercenung meresapi komentarnya. Saya bahkan memutar ingatan ke beberapa tahun silam, mengobrak-abrik semua memori tentang perjalanan saya baik yang sendiri maupun bersama teman-teman.
Saya jadi ingat, suatu hari saya pernah mengajak kawan liburan ke Bali. Dia dengan tegas menolak, "Ah, Bali mah bosen!" Saya protes, sebab saya tak pernah merasa bosen dengan Bali, terutama Ubud. "Kamu pernah ke Ubud belum?" Dia menggeleng. "Nah, ayo ke Ubud..." Setelah berdebat panjang, akhirnya kami jadi juga berangkat ke Ubud. Begitu tiba di Ubud dan menginap dua malam, dia marah-marah, "kenapa ya aku tidak mengenalmu dari dulu. Ternyata kamu bisa menunjukkan tempat yang luar biasa." Lalu ia pun ketagihan ke Ubud. Begitu juga sahabat saya yang lain, seorang penulis, yang mengenal Ubud dari saya hingga dia pernah nge-kost di Ubud untuk merampungkan tulisannya. Tapi kali lain, saya pernah merasa sedih ketika berhasil menghasut seorang kawan berlibur ke Ubud dan setelah itu dia tidak memberikan kesan positif.
Selera jalan-jalan memang berbeda bagi tiap orang. Tetapi dari sekian macam, pasti juga ada yang merasa mirip satu sama lain. Meski jumlahnya tidak banyak.
Dari situlah saya mengikis ego saya.
Kemudian saya mulai membuat acara trip barengan. Bukan murni jalan-jalan, tapi disisipi dengan workshop penulisan perjalanan yang saya namai Travel Writing Trip. Saya mengajak teman-teman ke Ubud selama beberapa hari, sambil jalan-jalan juga memberi materi penulisan. Ide iseng itu, rupanya mendapat respon yang membungahkan hati. Pada trip berikutnya saya mengajak teman fotografer untuk membekali wawasan tentang memotret perjalanan. Kali lain, saya iseng-iseng mengajak menjelajah kampung di Kotagede. Nggak nyangka, ada juga yang mau diajak blusukan seharian.
Ah, ternyata saya juga bisa kok jalan bareng-bareng dan tetap asyik. Asalkan, nggak keluar dari jalur yang sesuai dengan ketertarikan saya. Saya lihat, teman-teman juga enjoy dengan perjalanan kami.
Dari sanalah MATATOURS dilahirkan dengan niatan mengumpulkan para pejalan yang memiliki selera jalan ala antropolog (dweh, berat banget..!). Maksud saya, jalan-jalan yang real life experience. Jalan-jalan yang mengeksplorasi satu kawasan dengan lebih detil. Jalan-jalan untuk mengenal keragaman manusia budaya dari berbagai bangsa. Jalan-jalan untuk menelusur jejak para penulis buku/novel dan film yang mendunia. Hhmm..intinya bukan sekedar jalan-jalan I've been there seperti kata pembaca saya tadi.
Oh ya, Matatours saya lahirkan tepat pada tanggal 14 Februari 2012. Sengaja saya memilih bertepatan dengan hari yang diyakini sebagai Hari Kasih Sayang, supaya dicintai banyak travelers..hehehe...
Thursday, February 23, 2012
EUROTRIP | 16 - 26 Mei 2012
Hari ke-1 (16 Mei 2012): Jakarta - Amsterdam
Peserta berkumpul di bandara Soekarno Hatta selambatnya 3 jam sebelum jadwal penerbangan. Kita akan menggunakan pesawat KLM untuk menuju Amsterdam.
Hari ke-2 (17 Mei 2012) – Schiphol – Keukenhoff - Amsterdam
Sekitar pukul 07.00 waktu setempat, tiba di Amsterdam Schiphol. Perjalanan akan dilanjut ke Keukenhoff untuk menghemat waktu, mengingat kebun tulip akan ditutup pada tanggal 20 Mei 2012. Perjalanan ke Keukenhoff (30 menit dari Schiphol) menggunakan bus khusus yang melayani rute Schiphol – Keukenhoff. Bagasi dititipkan di locker yang ada di Schiphol. Wisata kebun tulip dinikmati selama setengah hari, sekitar pukul 15.00 sudah tiba di Amsterdam untuk check in di hotel. Perjalanan dari Keukenhoff ke Amsterdam sekitar satu setengah jam. Setelah check in, istirahat dan jalan-jalan menikmati suasana malam di Amsterdam.
Akomodasi: hostel di sekitar Amsterdam Centrale/Damrak
Hari ke-3 (18 Mei 2012): Amsterdam Day Trip – Brussels
Setelah sarapan pagi di hostel, ada briefing khusus bagi peserta berupa tips menjelajah kota Amsterdam. Seharian penuh menikmati Amsterdam dan sekitarnya. Ada banyak pilihan trip sesuai selera: menggenjot sepeda keliling kota Amsterdam, menikmati galeri dan museum seni, menyusur kanal, mengintip pembuatan keju, atau foto berbusana ala noni belanda di Volendam. Peserta akan dibekali map untuk menikmati Amsterdam sesuai interest masing-masing.
Malam hari menggunakan bus Eurolines meluncur ke Brussels dan bermalam di Kota Komik.
Hari ke-4 (19 Mei 2012): Brussels Day Trip – Paris
Setelah sarapa pagi di hostel, briefing tips menjelajah Kota Komik Brussel. Peserta dapat mengunjungi Museum Herge bapaknya Tintin (30 menit perjalanan dari Brussel) atau strolling alias jalan-jalan Grand Place dan sekitarnya. Cukup dengan berjalan kaki kita bisa mengunjungi Museum Komik dan menikmati mural-mural komik di dinding yang ada di sepanjang lorong, mengintip patung imut Manekkin Piss, melihat proses pembuatan coklat, mencicip wafel, dan menikmati windows shopping di Galeries Royale Saint Hubert .
Malam hari meluncur ke Paris dengan menggunakan kereta ekspres Thalys. Akomodasi di Paris terletak tak jauh dari stasiun Gare du Nord Paris.
Hari ke-5 & 6 (20-21 Mei 2012): Paris 2 Day Trip
Paris adalah kota yang indah, itu sebabnya kita mengalokasikan dua hari full day untuk menikmati Paris. Bagi yang menyukai sastra dan seni, bisa menjelajah kawasan Latin Quatier dan napak tilas jejak novel Da Vinci Code, masuk ke Museum Louvre untuk melihat lukisan Monalisa dan senyumnya. Bagi yang ingin menikmati keindahan kota Paris yang romantic, bisa berjalan-jalan menyusur sungai atau mengunjungi Monmartre.
Malam hari meluncur ke Venice dengan menggunakan night train. Kita bermalam di kereta ekspress.
Hari ke-7 (22 Mei 2012): Venice Full Day Trip
Saatnya menjelajah kanal-kanal di kota Venice. Awas tersesat! Venice adalah kota yang cantik dan sangat touristy. Orang berjubel memadari jalan dan kanal. Selin keindahan kanal dan arsitekturnya, Venice juga merupakan kota asal petualang legendaries Marcolopo. Rumah tinggal Marcopolo konon sering dijadikan tujuan perjalana bagi para turis karena penasaran. Mari kita napak tilas Marcopolo.
Kita akan bermalam di Venice. Hhmm..seperti apa ya rasanya menikmati malam di tepi kanal yang romantic ini?
Hari ke-8 (23 Mei 2012): Verona Day Trip
Pagi hari setelah sarapan melanjutkan perjalanan ke Verona dengan kereta. Verona mrupakan kota yang menjadi latar cerita drama Romeo & Juliet gubahan Shakespeare. Di kota itu terdapat rumah yang dimitoskan sebagai rumah Juliet lengkap dengan jendelanya. Selain dikenal sebagai kota Romeo & Juliet, Verona juga merupakan kota peristirahatan Julius Caesar pada masa kejayaan Romawi. Jejak arsitektur Romawi banyak terdapat di kota kecil ini, termasuk amphiteathre yang merupakan terbesar ke-3 di Italia setelah Colloseum di Roma dan Capua di Naples. Keindahan kota Verona dapat dinikmati dari bukit san Pietro. Siapkan stamina untuk mendakinya.
Malam hari pukul 22.00 kita meninggalkan Verona menuju Roma dengan kereta malam. Tiba di roma sekitar pukul 06.00 waktu setempat.
Hari ke-9 & 10 (24 - 25 Mei 2012): Roma & Vatikan 2 days trip
Roma adalah kota pusat peradaban Barat yang sangat indah. Sisa-sisa kebesaran Kerajaan Romawi berupa arsitektur dan seni dapat kita nikmati dengan mengeskplorasinya. Setidaknya butuh setengah hari untuk menjelajah kawasan Colloseum, Palatine Hill, dan Roman Forum yang konon merupakan pusat kota Romawi Kuno. Selain mengunjungi tempat-tempat bersejarah di Roma, kita juga akan mengunjungi Vatikan, negara terkecil di dunia dan menjadi pusat pemerintahan bagi umat Katholik sedunia. Mari kita jalan kaki mengelilingi Negara dalam arti sesungguhnya! Meskipun Vatikan merupakan pusat agama Katholik, namun pengunjung bebas masuk ke Gereja St Petrus asalkan berpakaian sopan dan tahan mengantri berjam-jam. Di kawasan ini juga terdapat Sistine Chapel yang sangat indah karena langit-langit dan dindingnya dipenuhi lukisan karya Michelangelo.
Akomodasi di hostel dekat Stasiun Termini.
Hari ke-11 (26 mei 2012): kembali ke Jakarta via Amsterdam by KLM
Syarat & Kondisi EUROTRIP
1. EUROTRIP merupakan paket perjalanan yang menekankan pada keleluasaan peserta untuk mengeksplor kawasan kota/negara sesuai dengan interes masing-masing. Sehingga trip ini lebih cocok untuk peserta yang sudah biasa melakukan perjalanan secara mandiri (backpacking).
2. Kami tidak menggunakan bus pariwisata untuk mengunjungi obyek-obyek wisata. Peserta bebas menggunakan moda transportasi lokal yang tersedia (bus, tram, kereta) untuk mencapai obyek yang dituju.
3. Karena trip ini memberi keleluasaan pada pilihan peserta, maka biaya paket trip ini tidak termasuk biaya mengunjungi obyek wisata pilihan dan makan. Biaya paket hanya meliputi biaya akomodasi (budget hostel), tansportasi antar kota/negara, transport dari/ke bandara/stasiun kedatangan/keberangkatan, serta lokal transport metro/bus/tram/kereta. Tiket obyek wisata yang termasuk dalam harga paket perjalanan adalah wisata kebun tulip Keukenhoff.
4. Sangat disarankan masing-masing peserta sudah memiliki rencana perjalanan sendiri, sehingga dapat menghemat waktu dan pemesanan tiket sudah dapat dilakukan secara online (misalnya tiket mengunjungi Sistine Chapel di Vatikan, tiket masuk Museum Madame Tussaud, tiket naik ke menara Eiffel, dll).
5. Kuota peserta terbatas 15 – 20 orang dewasa saja dengan batas usia minimal 20 tahun, maks 50 tahun atau lebih asalkan masih fit.
6. Pendaftaran peserta ditutup 1 MARET 2012 atau apabila kuoto sudah terpenuhi. Daftar via inbox fb atau via e-mail: tours@matatita.com supaya lebih terdokumentasi
7. Untuk berbagi informasi mengenai segala sesuatu yang terkait dengan EUROTRIP dapat melakukan diskusi secara intens via email (tours@matatita.com) atau grup fb matatours.
HARGA PAKET TOUR
1. Biaya tour selama 10 hari di Eropa diperkirakan antara US$ 800 – 1000
2. Tiket Pesawat KLM US$ 890 – 1300 (semoga bisa mendapat tiket yang lebih murah lagi)
3. Visa Schengen (visa kunjungan turis) sekitar EUR 60
4. Asuransi perjalanan (wajib) dengan pertanggungan sebesar min EUR 30.000 atau sekitar Rp 360.000.000 (biaya pembuatan asuransi sekitar Rp 700.000)
PENDAFTARAN
Daftarkan nama, email, dan nomor hp melalui inbox fb saya atau email: tours@matatita.com sebelum tgl 1 Maret 2012. Informasi detil mengenai biaya tour, cara pembayaran, cara pengurusan visa, dll akan diinformasikan lebih detil lewat email dan di-share ke masing2 pendaftar.
CATATAN:
- Itinerary bersifat tentatif, dapat berubah menyesuaikan kondisi di lokasi
- Disarankan sudah membaca buku "EUROTRIP: Safe & Fun" karya Matatita (B-First, 2010)
Friday, February 17, 2012
MATATOURS...jalan-jalan ala MATATITA :D
ubud rice field trekking |
Sejak menerbitkan buku EUROTRIP: Safe & Fun (2010), saya mendapat puluhan email maupun message di inbox facebook yang nadanya sama, "kapan bikin acara jalan-jalan bareng ke Eropa, Mbak?" Biasanya saya akan menjawab dengan malas-malasan karena selama ini merasa lebih nyaman sebagai solo traveler. Bahkan isi buku EUROTRIP itu juga memberikan sejumlah tips bagi pejalan solo, terutama buat female solo traveler. Jadi, saya merasa aneh sendiri jika membuat trip jalan bareng rame-rame.
Maka, dengan tegas saya mengabaikan ajakan para pembaca buku saya.
Sampai suatu hari, seorang pembaca memberi komentar yang sangat menyentuh sisi keangkuhan saya. Katanya ia sudah membaca beberapa buku traveling tentang Eropa yang ditulis para backpacker Indonesia. Katanya lagi, buku Eurotrip yang saya tulis menurutnya punya kelebihan. "Matatita tidak hanya menunjukkan bahwa pergi ke Eropa sekarang lebih terjangkau, tapi juga mengajak saya menyususri tempat-tempat yang tidak diceritakan penulis lain. Misalnya saat ke Paris, Matatita menggambarkan kawasan Latin Quarter tempat para seniman dan filsuf besar seperti Jean-Paul Sartre, Ernest Hemingway, dan Pablo Picasso dengan sangat indah. Bahkan dia membayangkan para filsuf Perancis tengah berdiskusi di kafe-kafe....".
Saya tertawa saat mendengar pujiannya. Ya iyalah, secara saya memang suka seni dan sastra, jadi wajar kan jika saya menjelajah tempat itu. Tapi, pembaca itu berkata-kata lagi, "Justru itu, berarti Anda memiliki selera jalan-jalan yang nggak sekedar I've been there, pernah ke Paris dan berfoto dengan latar Eiffel....". Meski saya masih tertawa, tapi sejujurnya saya terpana oleh kata-katanya.
Kemudian saya menjadi bertanya-tanya pada diri sendiri. Kok dia begitu jeli mengamati buku dan gaya jalan-jalan saya ya. Apakah memang ada orang lain yang seide dengannya. Jangan-jangan cuma dia saja yang barangkali punya ketertarikan di bidang yang sama. Berarti cuma kebetulan saja.
Lama saya tercenung meresapi komentarnya. Saya bahkan memutar ingatan ke beberapa tahun silam, mengobrak-abrik semua memori tentang perjalanan saya baik yang sendiri maupun bersama teman-teman.
Saya jadi ingat, suatu hari saya pernah mengajak kawan liburan ke Bali. Dia dengan tegas menolak, "Ah, Bali mah bosen!" Saya protes, sebab saya tak pernah merasa bosen dengan Bali, terutama Ubud. "Kamu pernah ke Ubud belum?" Dia menggeleng. "Nah, ayo ke Ubud..." Setelah berdebat panjang, akhirnya kami jadi juga berangkat ke Ubud. Begitu tiba di Ubud dan menginap dua malam, dia marah-marah, "kenapa ya aku tidak mengenalmu dari dulu. Ternyata kamu bisa menunjukkan tempat yang luar biasa." Lalu ia pun ketagihan ke Ubud. Begitu juga sahabat saya yang lain, seorang penulis, yang mengenal Ubud dari saya hingga dia pernah nge-kost di Ubud untuk merampungkan tulisannya. Tapi kali lain, saya pernah merasa sedih ketika berhasil menghasut seorang kawan berlibur ke Ubud dan setelah itu dia tidak memberikan kesan positif.
Selera jalan-jalan memang berbeda bagi tiap orang. Tetapi dari sekian macam, pasti juga ada yang merasa mirip satu sama lain. Meski jumlahnya tidak banyak.
Dari situlah saya mengikis ego saya.
Kemudian saya mulai membuat acara trip barengan. Bukan murni jalan-jalan, tapi disisipi dengan workshop penulisan perjalanan yang saya namai Travel Writing Trip. Saya mengajak teman-teman ke Ubud selama beberapa hari, sambil jalan-jalan juga memberi materi penulisan. Ide iseng itu, rupanya mendapat respon yang membungahkan hati. Pada trip berikutnya saya mengajak teman fotografer untuk membekali wawasan tentang memotret perjalanan. Kali lain, saya iseng-iseng mengajak menjelajah kampung di Kotagede. Nggak nyangka, ada juga yang mau diajak blusukan seharian.
Ah, ternyata saya juga bisa kok jalan bareng-bareng dan tetap asyik. Asalkan, nggak keluar dari jalur yang sesuai dengan ketertarikan saya. Saya lihat, teman-teman juga enjoy dengan perjalanan kami.
Dari sanalah MATATOURS dilahirkan dengan niatan mengumpulkan para pejalan yang memiliki selera jalan ala antropolog (dweh, berat banget..!). Maksud saya, jalan-jalan yang real life experience. Jalan-jalan yang mengeksplorasi satu kawasan dengan lebih detil. Jalan-jalan untuk mengenal keragaman manusia budaya dari berbagai bangsa. Jalan-jalan untuk menelusur jejak para penulis buku/novel dan film yang mendunia. Hhmm..intinya bukan sekedar jalan-jalan I've been there seperti kata pembaca saya tadi.
Oh ya, Matatours saya lahirkan tepat pada tanggal 14 Februari 2012. Sengaja saya memilih bertepatan dengan hari yang diyakini sebagai Hari Kasih Sayang, supaya dicintai banyak travelers..hehehe...
Thursday, January 26, 2012
[novel perjalanan] masih bagian pengantar
BRUXELLES MIDI
“Selamat datang di Negeri Tintin!” seruku dalam hati ketika kereta ekspres Thalys yang kutumpangi berhenti di Bruxelles Midi, stasiun kereta tersibuk di kota Brussel, Belgia.
Bergegas kugendong ransel lusuhku meninggalkan kenyamanan gerbong kelas satu yang sudah membuatku terkantuk-kantuk selama 80 menit perjalanan dari Paris. Belgia adalah negara keempat yang kusinggahi dalam perjalanan panjang solo backpacking selama sebulan menjelajah Eropa Barat. Di negeri kelahiran Tintin, tokoh komik berjambul yang kugilai sejak kanak-kanak itu, aku akan tinggal selama lima hari.
“Lima hari kelamaan, Honey. Belgia kan negara kecil,” komentar Nezar, kekasihku, saat kami mendiskusikan itinerary beberapa hari sebelum aku meninggalkan Jakarta. “Sudah begitu, obyek wisata di Brussel lokasinya saling berdekatan. Jalan kaki sehari juga udah tuntas,” tambahnya. Nezar pernah mampir ke Belgia dua tahun lalu, saat ia mendapat fellowships dari Radio Netherlands untuk mengikuti Journalist Summer Course Program di Belanda.
Tapi aku punya ide lain. Justru karena Belgia itu kecil dan berdempetan dengan negera Luxembourg, Jerman, dan Belanda, akan memudahkanku mengakses negara-negara itu dalam day trip. Setidaknya aku bisa ke Koln atau kota-kota lain di Jerman Barat yang hanya butuh sekitar satu setengah jam perjalanan kereta dari Brussel. Lalu kembali ke Brussel dengan kereta terakhir pukul 18.42. Bisa juga day trip ke Luxembourg. Kalau ke Belanda, aku sudah berencana memasuki Negeri Kincir Angin itu dari Antwerp Belgia, naik bus ke Rotterdam atau Den Haag. Mungkin bermalam di sana, baru kemudian ke Amsterdam.
“Jadi, stay for five days di Brussel itu bikin aku lebih fleksibel mengatur itinerary,” kilahku. “Hemat energi pula, karena nggak perlu gendong ransel gede kesana-kemari,” tambahku. Untuk perjalanan day trip aku cukup menggendong daypack alias ransel kecil 24 liter yang berisi Lonely Planet, jaket Gore-Trex yang waterproof, dan botol air mineral. Juga travel wallet yang berisi dokumen penting perjalananku seperti paspor, tiket, asuransi, dan lain sebagainya.
***
Di lobby stasiun, Tintin menyambutku.
Dinding-dinding dan pilar lobi stasiun Bruxelles Midi dipenuhi dengan komik strip “Tintin on the Locomotive” yang diambil dari seri petualangan Tintin di Amerika yang yang dibuat Herge pada tahun 1932. Terkesan sangat klasik. Komik strip itu direporduksi sesuai aslinya, hitam putih, karena pada masa itu Tintin belum dicetak berwarna.
Segera kekeluarkan kamera pocket dari kantung tas pinggangku. Tak lupa, kugunakan kamera ponselku untuk memotret beberapa frame. Snap and Send, langsung kukirim hasilnbya ke blog dan facebook untuk memamerkan posisiku pada semua kontakku bahwa aku baru saja tiba di Brussel. “Tintin welcomes me!” demikian kutulis caption singkat padat makna itu. Gambar serupa tak lupa ku-forward pada Nezar lewat teknologi MMS. Dia membalasnya, “Salam buat Herge ya.” Aku nyengir membacanya. Herge adalah kartunis yang melahirkan tokoh legendaris Tintin. Di salah satu dinding di lobi ini juga terdapat goresan nama Herge dalam ukuran raksasa. Segera kufoto dinding ini, lalu ku-MMS gambar tersebut pada Nezar. “Salam kembali dari Herge” balasku.
Dari lobi aku berjalan menuju stasiun metro. Kulirik jam di pergelangan tanganku. Hampir pukul satu siang. Pantas saja perutku Indonesiaku sudah merintih-rintih. Kubelokkan kaki menuju minimarket Carrefour yang terdapat di lobi stasiun untuk membeli sepotong baguette isi tuna seharga 3 Euro. Lalu kucari bangku kosong yang tersedia di area lobi yang dipadati toko-toko layaknya mall ini. Nikmat juga makan baguette isi tuna sambil mengamati orang lalu lalang atau melihat etalase toko. Ada toko kamera, toko jam Swatch, toko fashion Esprit, tak ketinggalan toko coklat yang bikin air liurku mengintip di sudut bibir.
Bruxelles Midi memang merupakan stasiun besar, ramai, dan keren di Brussel. Semua jenis kereta berhenti di sini, termasuk kereta ekspres antar negara seperti Eurostar, Thalys, dan TGV. Posisi Brussel yang terletak di tengah-tengah juga memungkinkan penumpang kereta dari negara Belanda, misalnya, berpindah kereta di Brussel untuk melanjutkan perjalanan ke Koln, Jerman. Di kompleks stasiun ini juga terdapat stasiun metro dan tram. Kebayang kan betapa sibuknya stasiun ini. Untung banyak toko-toko keren yang bisa buat windows shopping sambil menanti kereta selanjutnya.
Ternyata, aku juga tergoda untuk windows shopping dulu. Sialan, kutukku dalam hati, ketika menyadari tiba-tiba aku sudah bangkit dari tempat duduk dan berjalan menuju ke toko jam Swatch. Oh, no! Aku keliling Eropa bukan untuk buying something, but to experience. Kucoba menahan hasrat itu sekuat tenaga sambil mencoba meyakinkan diri bahwa jam tanga Baby G yang ada di pergelangan tanganku ini masih cukup keren.
Sebelum beranjak menuju stasiun metro, kukeluarkan print-out pemesanan kamar lewat internet di Hostel Grand Place untuk membaca direction yang tercetak di sana. Biar nggak salah arah.
From Brussels South train station (Midi):
Take the tram: go to the metrostation (don't take metro, but TRAM!), take any tram direction NORD (north), exit tram at stop 'Brouckère square' (place Brouckère), exit the metrostation at the sign 'Jacqmain avenue' - do not take the long horizontal automatic walker (= direction metro)-, walk into the Jacqmain avenue (the avenue on the left side of the big Coca Cola neon lights, and with white streetlights at night), walk along the right side, pass 2 traffic lights, until you arrive at the hostel, nr 99.
Don’t take metro, but TRAM! Kubaca ulang kalimat itu untuk mengingatnya sekali lagi. Lalu kulipat kertas putih itu dan kumasukkan ke dalam kantong tas pinggang supaya mudah diambilnya sewaktu-waktu lupa arah.
Sebenarnya Hostel Grand Place terletak nggak jauh dari stasiun Bruxelles Nord, bisa ditempuh dengan jalan kaki. Namun karena kereta Thalys, juga kereta ekspres antar negara lainnya tidak berhenti di stasiun Bruxellez Nord, dan hanya berhenti di stasiun Bruxelles Midi yang berada di Brussel selatan, mau nggak mau harus disambung dengan moda transportasi lain untuk mencapai hostel. Selain naik trem bisa juga naik taksi. Tapi sudah pasti akan menguras kantongku. Ongkos taksi dari Bruxelles Midi ke hostel minimal 10 Euro atau bisa jadi lebih. Sementara jika naik trem, aku hanya perlu mengeluarkan duit 3 euro saja.
----
mural komik strip di brussel klik link ini ya..
----
mural komik strip di brussel klik link ini ya..
Tuesday, January 24, 2012
travel writing weekend - jalan2 - nulis - narsis
kompleks makam raja mataram - kotagede |
menyusur benteng tembok sekeliling makam |
salah satu sudut benteng tembok makam |
Thursday, January 12, 2012
Wednesday, January 4, 2012
Travel Writing Weekend - One Day Trip
Workshop Sehari Penulisan Perjalanan
Sabtu, 14 Januari 2011, mulai pkl 09.00 - 15.00
Biaya @Rp 250.000, maks. 4 peserta, biaya sudah termasuk
makan siang dan short trip di kawasan heritage Kotagede - Yogyakarta
makan siang dan short trip di kawasan heritage Kotagede - Yogyakarta
Menyusur kota tua Kotagede akan mengajak kita menyaksikan kehidupan di balik dinding-dinding tinggi, lorong-lorong sempit, maupun hirukpikuk pasar tradisional.
Kota yang berusia hamper limaratus tahun ini dahulu merupakan ibukota Kerajaan Mataram Islam di bawah pimpinan Panembahan Senopati. Sisa-sisa arsitektur kota kerajaan Islam ini masih dapat kita rasakan dengan mengunjungi Kotagede, seperti kompleks petilasan Kerajaan Mataram, makam panembahan Senopati, makam para kerabat Raja (Hastorenggo), Sendang Selirang, Watu Gilang (batu hitam bentuknya seperti tempat duduk yang konon diyakini sebagai tempat duduk Panembahan Senopati), dan Watu Gatheng (tiga batu berbentuk bola). Konon, menurut legenda batu ini merupakan alat permainan Raden Ronggo, putra Panembahan Senopati.
Menyusur kawasan heritage Kotagede tidak hanya mengajak kita mengagumi sejarah kerajaan Mataram Kuno, tetapi juga pada keindahan arsitektur. Bangunan-bangunan rumah tinggal berarsitektur khas Kotagede masih banyak dijumpai di kawasan ini. Meski sempat diluluhlantakkan gempa Mei 2006, namun sebagian warga Kotagede masih mempertahankan dan menjaga arsitektur asli seperti kediaman Rudi J. Persik, misalnya.
Pendaftaran:
Pendaftaran dibuka setiap saat dan kelas akan dimulai jika target minimal peserta sudah terpenuhi. Pendaftaran dapat melaluitelp/sms: 0818258438, e-mail: matatita.com@gmail.com(subject: creative writing) atau datang langsung ke kantor kami Jl. Langenarjan Kidul No. 13-A YOGYAKARTA c.p Matatita (jam kerja, senin - jumat 09.00 - 17.00)
Monday, January 2, 2012
Travel Writing Course
your best selling travel book
Apakah Anda tengah merencanakan liburan panjang ke luar negeri atau keliling Nusantara dan ingin menuliskan kisah perjalanan tersebut menjadi sebuah buku? Atau barangkali Anda tengah memimpikan akan tinggal untuk studi atau bekerja di kota yang indah dan rasanya sayang jika tidak menuliskan pengalaman yang berharga itu?Pembaca dan penerbit di Indonesia saat ini tengah menyukai tulisan tentang kisah perjalanan. Kisah petualangan selalu menarik untuk dituliskan sebab akan mengajak pembaca keluar sesaat dari kenyamanan sofa empuk untuk terhanyut dalam penjelajahan ke dunia lain.
Kursus ini akan melatih Anda:
- menstrukturkan memoar perjalanan Anda dan membuat kisah perjalanan Anda menarik dibaca sejak halaman pertama
- mendeskripisikan tempat dengan sudut pandang baru yang tidak klise
- menyiapkan beberapa hal penting sebelum Anda berangkat bagaimana menulis saat dalam perjalanan
Biaya kursus:
- Kelas pengenalan Travel Writing (kursus sehari: 09.00 - 15.00; biaya Rp 250.000,- sudah termasuk short trip dan lunch, maks 4 peserta)
- Kelas Travel Writing lanjutan (4 kali pertemuan @ 2 jam; biaya Rp 750.000,- maks 4 peserta)
Pendaftaran:
Pendaftaran dibuka setiap saat dan kelas akan dimulai jika target minimal peserta sudah terpenuhi. Pendaftaran dapat melalui telp/sms: 0818258438, e-mail: matatita.com@gmail.com (subject: creative writing) atau datang langsung ke kantor kami Jl. Langenarjan Kidul No. 13-A YOGYAKARTA c.p Matatita (jam kerja, senin - jumat 09.00 - 17.00)
Subscribe to:
Posts (Atom)