Tuesday, January 13, 2009

perjalanan mistis ke trunyan

Terletak di tepi timur Danau Batur, sekitar 45 menit berperahu dari Kintamani, desa Trunyan yang terpencil ini merupakan salah satu desa Bali Aga atau Bali kuno. Warga Trunyan menyebut diri mereka sebagai Bali Turunan, yaitu orang yang pertama kali turun dari langit dan menempati Pulau Bali. Mereka menyebut penduduk Bali lainnya sebagai Bali Suku yaitu orang-orang berasal dari Jawa (Majapahit). Meski masyarkat Trunyan menganut agama Hindhu, namun mereka memiliki kebudayaan yang berbeda dengan masyarakat Hindhu Bali umumnya.

Salah satu tradisi yang menarik perhatian budayawan dan wisatawan adalah ritus kematian. Meskipun sama-sama menganut Hindu, warga Trunyan tidak melakukan upacara pembakaran jenasah. Jenasah kerabat yang meninggal hanya dibaringkan di bawah pohon Taru Menyan tanpa menguburnya. Jenasah hanya ditutup kain putih dan dilindungi dengan pagar dari belahan bambu.

Upacara kematian di Trunyan disebut dengan istilah mepasah. Jenasah dibaringkan di atas lubang yang tak terlalu dalam, bagian atas dibiarkan terbuka. Jumlah liang lahat di area kuburan utama ada sekitar 7 ancak saji atau liang yang digunakan secara bergantian untuk tiap jenasah. Jika semua liang terisi, sementara ada warga yang harus dimakamkan, maka salah satu rangka jenasah dalam liang harus diangkat dan diletakkan di sekitar liang. Tidaklah mengherankan jika di area Sema banyak berserakan tengkorak dan tulang-tulang.

Meskipun jenasah orang Trunyan tidak dikubur dan dibiarkan terbuka, konon tak menyebarkan bau busuk. Masyarakat Trunyan meyakini bahwa bau busuk jenasah telah disedot oleh pohon Taru Menyan. Konon, pohon ini dikenal menebarkan aroma wangi. Dalam mitos masyarakat Trunyan dipercaya bahwa aroma wangi yang ditebarkan pohon Taru Menyan sempat tercium oleh Dewi Danu yang berada di Kahyangan dan kemudian turun ke bumi mencarinya. Setelah menemukannya, daerah di sekitarnya kemudian dinamakan Trunyan.

Masyarakat Trunyan memiliki tiga sema (kuburan). Sema Wayah atau kuburan utama diperuntukkan bagi warga yang meninggal secara wajar. Sema Muda untuk menguburkan bayi, anak-anak, dan orang dewasa yang belum menikah. Sedangkan Sema Bantas diperuntukkan warga yang kematiannya tidak wajar, misalnya karena mengalami kecelakaan atau bunuh diri.

Sema Wayah atau kuburan utama telah menjadi obyek wisata yang sering dikunjungi turis asing. Untuk menuju lokasi ini, pengunjung harus menggunakan sampan menyusuri lereng Bukit Abang di tepi Danau Batur. Sepanjang perjalanan berperahu sampan menuju Sema Wayah, pengunjung akan disuguhi pemandangan yang menakjubkan. Di sebelah barat membentang keindahan alam perbukitan di sekitar Danau Batur yang mempesona, sementara itu di sebelah Timur sebuah altar batu berisi tumpukan tengkorak yang berjejer di bawah rindangnya pohon Taru Menyan mengantar pengunjung ke dalam perjalanan mistis yang tak terlupakan.

1 comment:

  1. Nice posting :-)
    I Like It.

    Citra (novalina_family@yahoo.com)

    ReplyDelete