Wednesday, January 14, 2009

kepulan asap di station willem I

Sejarah perkeretaapian di Indonesia dimulai sejak Netherlands Indische Spoorweg Maatschappij (NIS) membangun lintasan kereta api sepanjang 26 km yang menghubungkan antara Kemijen dan Tanggung. Kedua stasiun ini merupakan bagian dari jalur kereta dari Semarang – Solo – Yogyakarta pada tahun 1864. Lintasan kereta api Semarang – Yogyakarta dapat dikatakan sebagai jalur tersulit, karena melintasi pegunungan dengan ketinggian mencapai 711 meter dari permukaan air laut.

Rute perjalanan menanjak yang ditempuh kereta api uap hingga kini masih dapat kita nikmati dengan paket wisata yang disediakan Museum Kereta Api Ambarawa. Jalur kereta yang ditempuh adalah Ambarawa – Bedono sejauh 9km. Begitu tiba di Stasiun Jambu, lokomotif seri B25 akan dilangsir ke gerbong paling belakang untuk mendorong gerbong kereta bergerak menuju Stasiun Bedono. Tentu saja kereta tua ini tak akan melaju kencang, tetapi perlahan disertai ringikan dan kepulan asap yang keluar dari cerobong loko. Tttuuiiitt…ttuuuiiitt…! Dari ketinggian itu pula kemdusian kita dapat menikmati keindahan alam pedesaan dan kesejukan hawa pegunungan.

Menikmati keindahan alam bukanlah satu-satunya daya tarik yang ditawarkan Museum KA Ambarawa. Di museum yang semula merupakan bangunan Station Willem I Ambarawa ini, kita dapat menyaksikan sejarah lokomotif uap yang pernah melintas di Jawa. Di halaman museum terdapat 24 lokomotif kuno yang buatan tahun 1891 -1966. Salah satunya adalah lokomotif CC50 buatan Schweizerische Lokomotiv und Maschinenfabrik Winterthur, Swiss dan Werkspoor, Belanda yang mendapat julukan Berkoningin alias Ratu Pegunungan. Konon, lokomotif yang diproduksi tahun 1927 ini merupakan loko yang paling gesit menempuh jalur pegunungan yang menanjak dan berliku.

Dengan mengunjungi Museum KA Ambarawa, kita juga disuguhi kemegahan arsitektur peninggalan Belanda pada bangunan stasiun. Stasiun KA Willem I Ambarawa memang bukan stasiun pertama yang dibangun Belanda. Tetapi pembangunan stasiun ini memiliki pertimbangan politis, kala itu untuk kepentingan militer Belanda. Ambarawa adalah lokasi yang sangat strategis untuk menghubungkan kekuatan militer dari Jawa bagian Utara dan Selatan karena letaknya yang berada di tengah-tengah. Untuk kepentingan militer ini, Belanda membangun khusus jalur Ambarawa – Magelang. Karenanya stasiun ini pun memiliki nama yang unik, yang tidak mengacu pada tempat, tetapi pada nama Raja Belanda yang kala itu bertahta, yaitu Willem I.

Memang, sejarah perkeretaapian Indonesia yang dibangun Belanda tak dapat dipisahkan dari kepentingan militer dan kolonialisme. Tentu kita tak bloleh semata-mata mengenangnya sebagai bentuk penjajahan, karena hanya akan menimbulkan luka. Sebaliknnya, apa yang telah diwariskan Belanda jadikan sebagai pemicu untuk menjadi bangsa yang maju.

No comments:

Post a Comment